Selasa, 25 Maret 2014

Fanatisme Suporter Yang Berlebihan


Suporter fanatik klub sepakbola mungkin tidak asing bagi kita. Hampir di setiap Provinsi di Indonesia memiliki satu atau bahkan lebih klub sepakbola. Memang tak mudah membuat klub sepakbola hebat, selain harus mencari sponsor untuk membantu finansial klub, management klub pun harus memikirkan bagaimana agar klub memiliki banyak pendukung (suporter).
Selain menambah moral untuk pemain-pemain diklub saat bermain dikandang, suporter juga dibutuhkan untuk menambah finansial klub dari tiket masuk yang dibeli.

Tapi, sulit bagi klub baru untuk mencari suporter fanatik banyak. Suporter fanatik sendiri juga menguntungkan klub. Dengan suporter fanatik klub dengan mudah mendapatkan sponsor, sebab sponsor sangat menyukai suporter fanatik yang jumlahnya banyak.

Namun, ‘kefanatikan’suporter di Indonesia kadang terlewat batas. Sering terdengar kabar terjadi kerusuhan suporter di Indonesia yang tak sedikit menelan korban. Kerusuhan terjadi akibat rivalitas klub Indonesia yang tinggi. Entah kenapa suporter Indonesia  membuat rivalitas ini tak hanya terjadi di dalam lapangan saja. Suporter di Indonesia juga membawa rivalitas ini diluar lapangan, sehingga sering terjadi bentrok antar suporter hanya karena salah satu klub kalah dan mulai saling ejek.

Seharusnya tindakan suporter  seperti ini harus ditindak tegas oleh organisasi sepakbola Indonesia. Walau sering memakan banyak korban jiwa, kerusuhan seperti ini tak juga berhenti. Banyak orang muak dengan adanya ‘Surat Perdamaian Antar Suporter’ yang hanya ditulis saja. Tak ada bukti nyata oleh para suporter yang sering terlibat kerusuhan. Mungkinkah ada provokator kerusuhan? Atau rivalitas di Indonesia ini sudah dipandang sebagai permusuhan saudara? Tidak jera kah suporter sering berurusan dengan pihak keamanan? Tidak kapok kah dengan banyaknya korban jiwa?

Jika menengok sejarah kelam persepakbolaan Indonesia kita akan melihat banyaknya kerusuhan demi kerusuhan suporter yang sifat fanatiknya berlebih. Walau sering terulang kejadian kelam di dunia persuporteran Indonesia tak membuat orang-orang itu berfikir untuk mengakhirinya.

Tak hanya di Indonesia kerusuhan sering terjadi, bahkan di benua Eropa yang merupakan kiblat sepakbola modern dunia saat ini juga memiliki sejarah kelamnya. Pada tanggal 29 Mei 1985 terjadi kerusuhan saat final Liga Champions antara Liverpool dan Juventus yang memakan korban jiwa sebanyak 39 orang. Kejadian ini dikenal dengan Tragedi Heysel yang merupakan tragedi besar di persepakbolaan Eropa. Dengan tegas UEFA memberikan sanksi kepada Liverpool dengan melarang berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. FA pun juga melarang semua klub Inggris untuk bermain diluar Inggris. Sungguh keputusan tegas!

Dan pada akhirnya suporter yang berbuat rusuh di Inggris itu mulai sepakat untuk intropeksi diri. Ini yang membuat banyak orang kagum tentang intropeksi yang serempak ini. Selain memberi sanksi kepada klub di Inggris, FA juga merubah perameter keamanan. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas antara tribun penonton dengan lapangan dan melarang adanya tribun kelas berdiri. Di Eropa hanya Inggris yang tidak menjual tribun kelas berdiri. Selain itu FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali berbuat rusuh, penonton itu tidak akan pernah bisa masuk stadion lagi. Didalam stadion juga tidak boleh terlihat oknum polisi, semua harus menyamar. Walaupun tidak 100% aman tapi ini sungguh kebijakan mengagumkan yang dibuat FA.

Akankah Suporter Indonesia dapat mengambil pelajaran dari para suporter Eropa yang dulu rusuh dan kemudian mulai berintropeksi diri. Entah sampai kapan suporter Indonesia akan bersikap dewasa untuk menghentikan kerusuhan dalam persepakbolaan Indonesia. Walau sulit menghentikan kerusuhan antar suporter di Indonesia, tapi perlahan-lahan muncul orang-orang yang menyerukan perdamaian antar suporter di Indonesia. Hanya waktu yang akan menjawap, namun tanpa usaha waktu pun tak sanggup menghadapinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik harus meninggalkan komentar :D
Komentarlah dengan bijak!